Satuimpresi.com – Paus Fransiskus meninggal dunia pada Senin (21/04/2025) di Vatikan pada usia 88 tahun. Ia wafat akibat serangan jantung dan stroke setelah kondisi kesehatannya memburuk dalam beberapa pekan terakhir. Kepergiannya menandai berakhirnya satu dekade penuh reformasi dalam tubuh Gereja Katolik.
Sejak terpilih pada tahun 2013, Paus Fransiskus, yang lahir dengan nama Jorge Mario Bergoglio, memimpin Gereja Katolik dengan pendekatan yang hangat dan inklusif. Ia menjadi Paus pertama yang berasal dari Amerika Latin sekaligus dari Ordo Jesuit. Selama masa kepemimpinannya, ia konsisten mengangkat isu sosial dan memperjuangkan suara kelompok yang terpinggirkan, sehingga mendapat penghormatan luas, bahkan dari luar komunitas Katolik.
Vatikan mengumumkan bahwa Paus Fransiskus menghembuskan napas terakhir pada pukul 06.34 waktu setempat. Saat ini, jenazahnya terbaring di Basilika Santo Petrus, sementara ribuan umat dari berbagai negara berdatangan untuk memberikan penghormatan. Gereja telah menetapkan upacara pemakaman berlangsung pada Sabtu, 26 April 2025.
Setelah kepergian Paus Fransiskus, Gereja Katolik segera memulai persiapan konklaf yang akan berlangsung pada bulan Mei. Seluruh kardinal dari berbagai penjuru dunia akan berkumpul di Kapel Sistina untuk memilih pemimpin baru melalui pemungutan suara tertutup.
Lima Kardinal Terkuat untuk Menggantikan Paus Fransiskus dalam Konklaf
Seiring persiapan konklaf di Vatikan, lima kardinal menonjol sebagai kandidat terkuat untuk menggantikan posisi Paus Fransiskus. Mereka berasal dari berbagai belahan dunia dan mewakili spektrum pandangan yang berbeda dalam Gereja Katolik, mulai dari garis moderat hingga konservatif. Masing-masing memiliki latar belakang kepemimpinan yang kuat, baik dalam diplomasi, penginjilan, hingga pembelaan terhadap doktrin tradisional.
1. Kardinal Pietro Parolin (Italia)
Parolin dikenal sebagai diplomat andal dan salah satu tangan kanan Paus Fransiskus dalam urusan luar negeri Vatikan. Ia memainkan peran penting dalam hubungan diplomatik Vatikan dengan Tiongkok dan negara-negara konflik. Pandangannya tergolong moderat, dan ia dipandang sebagai sosok kontinuitas yang bisa menjaga stabilitas internal gereja.
2. Kardinal Luis Antonio Tagle (Filipina)
Tagle dikenal luas sebagai tokoh karismatik dari Asia dan dianggap sebagai murid ideologis Paus Fransiskus. Ia memiliki daya tarik besar di kalangan umat muda dan negara-negara berkembang. Pandangannya progresif, terutama dalam isu kemiskinan, dialog antaragama, dan penginjilan global.
3. Kardinal Matteo Zuppi (Italia)
Zuppi dikenal karena pendekatan pastoral yang hangat dan keterlibatannya dalam dialog antaragama serta isu migran. Ia berasal dari komunitas Sant’Egidio, organisasi Katolik yang fokus pada perdamaian dan kemanusiaan. Dukungan untuknya semakin menguat di kalangan progresif Eropa.
4. Kardinal Peter Erdő (Hungaria)
Erdő mewakili suara konservatif Eropa Timur. Ia terkenal karena ketegasannya dalam mempertahankan ajaran moral tradisional Gereja, khususnya dalam isu pernikahan dan keluarga. Ia juga memiliki latar belakang akademik yang kuat dan pernah menjabat sebagai Presiden Dewan Konferensi Uskup Eropa.
5. Kardinal Robert Sarah (Guinea)
Erdő mewakili suara konservatif Eropa Timur. Ia terkenal karena ketegasannya dalam mempertahankan ajaran moral tradisional Gereja, khususnya dalam isu pernikahan dan keluarga. Ia juga memiliki latar belakang akademik yang kuat dan pernah menjabat sebagai Presiden Dewan Konferensi Uskup Eropa.
Konklaf yang akan digelar dalam waktu dekat akan menjadi momen penting dalam sejarah Gereja Katolik. Para kardinal dari seluruh dunia akan berkumpul untuk menentukan pemimpin baru yang akan melanjutkan misi dan tanggung jawab global Gereja. Sementara itu, umat Katolik terus mengikuti perkembangan dengan penuh harap dan doa, sembari memberikan penghormatan terakhir kepada Paus Fransiskus yang telah meninggalkan warisan kepemimpinan selama lebih dari satu dekade.