Matahari memang selalu menyinari bumi namun namun hal ini terkadang akan memberikan kita bumerang bila terjadi fenomena langka yang diakibatkan oleh matahari. Seperti badai matahari langka yang bisa menyebakan kiamat internet.
Potensi kiamat internet diungkapkan oleh Profesor Sangeetha Jyothi dari Universitas California Irvine. Jyothi mengatakan bahwa hal ini mungkin terjadi bila badai matahari yang cukup besar menghantam bumi.
Dia meneruskan bahwa kabel internet bawah laut berpotensi akan mengalami gangguan besar karena kabel internet bawah laut menggunakan repeater untuk mempekuat sinyal jarak ajuh.
Repeater ini rentan terhadap gangguan sinyal elektromagnetik yang dihasilkan oleh matahari dalam skala besar. Secara teoritis bila gangguna ini terjadi maka sistem internet seluruh dunia kan mengalami blackout atau mati total.
Berdasarkan permodelan yang di buat oleh Jyothi hal ini kemungkinan akan terjadi dalam 20 hingga 25 tahun kedepan.
Hal ini sempata terjadi seabad lalu pada tahun 1921, dalam kejadian yang disebut sebagai New York Railroad Superstorm, berbagai macam infrastruktur yang melibatkan listrik mati total seperti sistem telegraf serta jalu persinyakan kereta api.
Mungkin pada saat itu kejadian seperti ini memiliki dampak yang sangat kecil namun bisa kita bayangkan bila kejadian seperti itu terjadi hari ini.
Para ilmuan memprediksi bahwa bila hal ini terjadi hari ini akan memberikan efek domino yang awali dengan jalur komunikasi yang terputus dilanjutkan kesulitan mencari uang tunai hingga pasokan pangan yang terganggu hingga pada akhirnya seluruh dunia mengalami stagnansi yang menyebabkan huru-hara di berbagai penjuru dunia.
Diperkirakan pula bahwa 20-40 juta penduduk bumi akan hidup tanpa adanya listrik hingga dua tahun. Ekonomi dunia juga akan mengalami kerugian hingga triliunan dolar AS.
Namun bagi profesor ilmu komputer di Institute Technology Georgia, Atlanta, Umkishore Ramchandran, kiamat internet belum tentu terjadi sebab internet pada dasarnya dibangun untuk ketahanan. Jika repeater gagal, web mampu secara otomatis mengubah rute lalu lintas melalui rute berbeda yang masih beroperasi.
“Ada cukup redundansi di inti jaringan,” ujarnya. “Kegagalan semacam itu dikenali pada tingkat yang lebih tinggi dari tumpukan jaringan untuk merutekan ulang aliran di sekitar rute yang gagal.”
“Paling-paling dampaknya pada kecepatan internet yang digunakan berkurang karena lonjakan kemacetan, tetapi tidak mungkin menjadi bencana.”