Satuimpresi.com — Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Dwikorita Karnawati mengatakan bahwa puncak terjadinya El Nino ada pada bulan Agustus-September mendatang. hal ini disampaikan olehnnya setelah penelitian pada Februari-April. Fenomena ini akan berdampak kepada bermacam aspek kehidupan. Terutama di sektor pertanian yang merupakan sumber pangan utama masyarakat Indonesia.
Terlansir dari Voi.id yang mengutip dari laman resmi BMKG, Jumat (21/7), El Nino merupakan fenomena memanasnya Sea Face Temperature (SPL) yang berada di atas keadaan alaminya dan terbentuk di kawasan tengah hingga timur Samudera Pasifik.
Dampak pemanasan SML adalah meningkatnya kemampuan pengembangan awan yang berada di tengah Samudera Pasifik. Sehingga dapat menurunkan curah hujan di sebagian besar wilayah sekitarnya, termasuk Indonesia.
Seperti di Banten, apresiasi turut terhaturkan kepada Kementerian Pertanian atas upaya mengamankan peningkatan produksi pangan terutama padi untuk mewaspadai puncak dari El Nino. Anggota DPD RI Provinsi Banten, Abdi Sumaithi mengatakan bahwa upaya tersebut merupakan konsekuensi dari pertumbuhan penduduk sekaligus instrumen stabilisasi ekonomi.
Upaya pengamanan padi perlu keberlanjutan di tengah menghadapi pertumbuhan penduduk yang drastis. Siap siaga apabila kekeringan yang nantinya melanda diakibatkan El Nino. Pihaknya pun mendukung penuh upaya dari Kementan.
“Pemenuhan kebutuhan pangan, langsung tidak langsung mempengaruhi politik,” ujarnya.
Belum lama ini, Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo juga mengunjungi Provinsi Banten untuk memastikan langkah-langkah menyiasati dampak El Nino. Pengecekan ini bertujuan agar program berjalan dengan baik di seluruh wilayah terutama Banten.
Banten merupakan salah satu wilayah penopang produksi tani untuk memenuhi kebutuhan terkhusus wilayah Jakarta. Oleh karenanya, sektor pertanian harus berjalan aman dan terus berproduksi.
Adapun ancaman yang terjadi apabila puncak El Nino pada Agustus-September . Antara lain, kebanjiran, kekeringan, curah hujan berkurang, dan menipisnya sumber pangan maupun sumber air bersih sehingga perlu tindakan sigap, tepat, dan bijak. Tata pengelolaan taman dan arus sumber air perlu pengembangan dan survei kembali.
“Kita harus mengoptimalkan gerakan percepatan tanam menghadapi El Nino,” kata Mentan melansir dari jktinfo.id.
Sementara itu, Pj Gubernur Banten Al Mutakbar mengatakan selama ini Banten cukup memberikan kontribusi besar dalam bidang produksi padi lingkup nasional. Bahkan, peringkat produksi padi Banten yang awalnya di urutan 11, kini menjadi peringkat 8 secara nasional.