SatuImpresi.com – Pelantikan anggota DPR dan DPD RI berlangsung dalam sidang paripurna yang bertempat di Ruang Paripurna, Gedung Nusantara, Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, pada 1 Oktober 2024 silam. Dengan melantik 580 anggota DPR dan 152 anggota DPD yang telah menyatakan sumpahnya. Serta menetapkan Puan Maharani dari Fraksi PDI Perjuangan sebagai Ketua DPR RI Periode 2024-2029.
Kembali menjadi saksi bersejarah, Gedung Palemen penuh wajah-wajah baru para anggota legislatif yang membawa harapan besar masyarakat untuk perubahan. Namun, pertanyaannya yang tak terelakkan adalah: akankah wajah-wajah baru ini mampu menjawab aspirasi masyarakat yang selama ini belum terwujud?
Wajah Baru Tantangan Baru
Pada pemilu 2024, sejumlah besar tokoh muda dan pendatang baru berhasil menduduki kursi parlemen, membawa semangat bari dalam politik Indonesia. Sejumlah nama besar yang pernah mewarnai panggung politik tak lagi hadir, berganti dengan generasi politisi baru yang banyak datang dari latar belakang profesional, aktivis, akademisi dan juga pengusaha. Harapan terhadap mereka begitu besar, terutama dalam menghadirkan kebijakan yang berpihalk pada rakyat kecil, memperjuangkan keadilan dan merangkul aspirasi daerah.
Namun, tantangan yang dihadapi tidaklah mudah. Indonesia masih menghadapi berbagai isu pelik seperti ketimpangan ekonomi, korupsi, krisis lingkungan, dan lemahnya penegakkan hukum. Selain itu, suara-suara dari pelosok daerah hingga ke perkotaan sering kali belum terdengar dengan baik di pusat kekuasaan. Inilah momen bagi para wakil rakyat baru untuk menunjukkan komitmen mereka dalam menyuarakan keadilan sosial dan menjadi jembatan bagi aspirasi rakyat.
Baca juga: “Jadi Sorotan Saat Pelantikan di DPR, Komeng: Jangan Dorong-dorong, Emang Mobil Mogok?”
Harapan Masyarakat: Akankah Suara Mereka Terjawab?
Bagi banyak masyarakat, terutama yang sudah lama merasa pemerintah abai, pelantikan anggota DPR dan DPD ini menjadi harapan baru. Namun, mereka juga menyimpan keraguan. Meski wajah baru menghiasi parlemen, apakah pola lama akan terulang, di mana janji-janji politik hanya tinggal sekadar retorika belaka? atau ini merupakan sebuah perubahan yang nyata, di mana suara rakyat benar-benar didengar dan dijadikan prioritas dalam setiap kebijakan?
Gun Gun Heryanto, seorang pakar komunikasi politik menanggapi dalam sebuah wawancara online yang kanal Youtube Official INews siarkan,
“Saya tidak punya ekspektasi yang berlebihan bisa menjawab apa yang kemudian menjadi harapan masyarakat karena posisi 580 anggota DPR RI dan 152 anggota DPD RI itu mewakili basis konstituen, sehingga dengan dilantiknya memiliki tanggung jawab besar untuk menjadi wakil rakyat. Ingat suara rakyat adalah suara Tuhan, Vox Populi Vox Dei. Oleh karena itu, tanggung jawabnya bukan hanya bersifat seremonial, namun keberfungsian sebagai lembaga legislasi yang tentu punya konsekuensi pada tanggung jawab sosial dan politik mereka”, ujar Gun Gun.
Sementara itu, Edi, seorang pegawai negeri sipil dari Purwakarta, yang menyaksikan pelantikan ini dari televisi, mengungkapkan harapannya, “Kami di daerah sering merasa jauh dari pusat kekuasaan pemerintahan, apalagi di desa. Kami sih berharap semoga kali ini, para wakil rakyat benar-benar mendengar kami dengan wajah baru itu. Karena kami di sini, masalah seperti akses jalan, air PDAM, serta kebutuhan sembako masih relatif sulit dan mahal dan tidak pernah benar-benar diselesaikan”.
Harapan dan Realita Politik
Masyarakat menaruh harapan besar pada para wakil baru ini. Namun, realita politik selalu penuh dengan dinamika dan kompromi. Terlebih lagi, dengan adanya koalisi politik yang kuat di parlemen dan tarik ulur kepentingan tidak bisa dihindari. Para anggota legislatif yang bari harus siap menghadapi tekanan, baik dari dalam partai politik maupun dari masyarakat yang menuntut solusi cepat dan konkret.
Waktu Akan Menjawab
Pelantikan DPR dan DPD RI periode 2024-2029 ini adalah awal dari perjalanan panjang lima tahun ke depan. Dalam kurun waktu tersebut, masyarakat akan terus memantau dan menagih janji-janji yang telah para wakil rakyat sampaikan selama kampanye.
Akankah mereka menjadi juru bicara sejati bagi masyaralat? atau mereka hanya terjebak dalam pola-pola lama yang justru mengaliensi rakyat dari proses politik? hanya waktu yang akan menjawabnya. Yang pasti, suara rakyat menuntut perhatian. Harapannya para wakil rakyat tidak hanya diam, demi kepentingan bersama.