“Politisi Tua” Amien Rais Kehilangan Pamornya

Foto: Screenshot YouTube Amien Rais Official (detik.com)

Satuimpresi – Selasa (1/10/2024), ketua Majelis Syura Partai Ummat, Amien Rais, menyatakan Jokowi harus diadili usai pelantikan Prabowo pada acara Konsolidasi Lintas Tokoh dan Elemen Rakyat Jelang Pelantikan Presiden di Aljazera Signature Restoran & Lounge, Kebon Sirih, Menteng, Jakarta.

Amien Rais juga mengatakan Joko Widodo (Jokowi) sebagai presiden terburuk yang dimiliki bangsa Indonesia.  “Jadi saya ingin menyampaikan pertama Mulyono atau Jokowi itu adalah presiden terburuk yang dimiliki bangsa Indonesia,” katanya dikutip melalui suara.com.

Hal ini merupakan panggung momentum bagi beliau untuk ia gunakan dalam membalas rezim Jokowi yang melecehkan Undang-Undang Dasar 1945.

Kita mengenal Amien Rais sebagai tokoh reformasi pada tahun 1998. Namun, apakah pengaruhnya saat ini masih kuat di kalangan politisi maupun masyarakat untuk mengadili Jokowi?

Berikut ini adalah analisis pengaruh Amien Rais di dunia Politik saat ini melalui rekam jejaknya:

Rekam Jejak “Politisi Tua” Amien Rais

Amien Rais Hanya “Segelintir” Orang Penting di Reformasi

Media massa kerap memuat pernyataan-pernyataan kritis Amien Rais pada tahun 1997 hingga lengsernya Soeharto. Walaupun sebelumnya, nama Amien Rais juga sempat muncul sebagai salah satu calon pemimpin alternatif selain Soeharto di akhir era Orde Baru.

Pengaruh pentingnya makin terlihat ketika ia membentuk Majelis Amanat Rakyat (MAR) pada 14 Mei 1998. Soeharto pada 21 Mei 1998 mengundurkan diri sebagai presiden selang sepekan terbentuknya MAR.

Namun demikian, menurut sejarawan, Rushdy Hoesein, lengsernya Soeharto adalah akibat dari berbagai faktor. Rushdy menilai faktor utamanya adalah pilihan Soeharto sendiri.

Rusdhy Hoesein dengan berani mengatakan bahwa beliau tidak punya peranan terhadap lengsernya Soeharto. “Kagak ada. Amien Rais itu sebagai orator, sebagai pemimpin gerakan, kebetulan saja nasibnya. Kebetulan saja dia berada di puncaknya saat kondisi itu,” kata Rushdy dikutip dari detik.com.

Amien Rais “Semata” Menjegal Megawati

Amien Rais yang saat itu memimpin Partai Amanat Nasional (PAN) mengalami kekalahan perolehan suara di pemilu setelah lengsernya Soeharto oleh PDIP, walaupun PAN tetap mendapat 7,1% suara dan mendapatkan 32 bangku di DPR.

Hal ini cukup menjadi sebuah penilaian bahwa Integritas beliau lebih lemah dari Megawati. Namun demikian, ia berhasil menjegal Megawati dan menaikkan Gus Dur jadi Presiden pada akhirnya.

Muncul Sifat Busuk Oportunis “Politisi Tua” Amien Rais

Abdurrahman Wahid atau biasa Gus Dur merupakan usungan Amien Rais untuk menjadi Presiden, namun ironinya Amien Rais juga yang memecat atau melengserkan Gus Dur. Hal tersebut bisa terjadi karena ada beberapa kebijakan Gus Dur yang cukup keras terhadap elit-elit politisi yang ada di parlemen.

Dugaan lengsernya Gus Dur karena Isi Dekrit Presiden 23 Juli 2001 yang ia buat. Isinya adalah pembekuan DPR dan MPR, pengembalian kedaulatan ke tangan rakyat, serta pembekuan Golkar.

Namun, Panitia Khusus (Pansus) DPR menduga Gus Dur menggunakan dana Yayasan Dana Kesejahteraan Karyawan Bulog sebesar 4 juta dollar AS untuk melengserkannya. Selain itu, Pansus DPR juga menduga Gus Dur menggunakan dana bantuan Sultan Brunei Darussalam sebesar 2 juta dollar AS. Namun dugaan tersebut sampai saat ini belum terbukti

Asvi, seorang peneliti di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), mengungkapkan bahwa sikap Amien Rais saat itu membuatnya kehilangan kekaguman terhadap mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah tersebut. Ia berharap Amien seharusnya tidak terlibat dalam upaya menjatuhkan Gus Dur. Menurutnya, tanpa campur tangan beliau, Gus Dur tetap tidak akan bertahan lama.

Hal tersebut membuat nama Amien Rais tercoreng di kalangan pendukung Gus Dur dan mayoritas masyarakat Indonesia. Beliau seharusnya bisa menentukan sikap untuk tidak mengadakan rapat istimewa untuk pencopotan Jabatan Presiden, atas dasar hanya dugaan korupsi yang belum terbukti.

Runtuhnya Pamor “Politisi Tua” Amien Rais: Terpecahnya Partai PAN dan Terbentuknya Partai Ummat

Setelah melihat tragedi besar di tahun 2001 silam, kali ini beliau makin terperosok pengaruhnya di dunia Politik. Bagaimana tidak? Pada tahun 2020 Amien Rais keluar dari PAN, tragisnya ia di kudeta sendiri oleh besan dan putra ketiganya, Zulkifli Hasan dan Mumtaz Rais.

Integritas Amien Rais sudah tidak terlihat lagi sama kader-kader PAN dalam menentukan jalan arahnya partai PAN. Kader-kader PAN menerima Zulkifli Hasan yang mulai merapat dengan Jokowi.

Publik menilai Amien Rais tidak bisa mengatur anaknya sendiri. Ini berawal dari Mumtaz dan Amien beda pilihan untuk ketua umum partai PAN periode 2020-2025. Mumtaz yang mendukung Zulkifli Hasan, sedangkan Amien memilih Mulfachri Harahap.

Baca Juga “Inilah Susunan Sementara Pimpinan Fraksi MPR Periode 2024-2029”

Tahun 2020 menjadi puncak pecah kongsi di Partai PAN. Amien Rais ingin mendirikan partai tandingan PAN yaitu partai PAN Reformasi.

Hal ini lagi-lagi tidak disetujui oleh Mumtaz. Mumtaz menyebut PAN Reformasi sebagai kelompok pengangguran yang berhalusinasi ingin menjadi partai.

Pada akhirnya konflik ini berakhir dengan Amien Rais tetap mendirikan partai baru, namun dengan nama Partai Ummat yang berdiri pada tahun 2021. Partai Ummat yang baru merintis ini tidak kuat untuk mendapatkan suara di pemilu tahun 2024, walaupun ada nama Amien Rais, dengan perolehan suara 0,57%.

Bagikan: “Politisi Tua” Amien Rais Kehilangan Pamornya