Pilkada Banten 2024: Perang Dinasti dan Kerakusan Kekuasaan

pilkada banten
pilkada banten

Pilkada Banten 2024 semakin memanas dengan dua pasangan calon yang mewakili kekuatan besar dalam politik Indonesia. Di satu sisi, ada Airin Rachmi Diany dan Ade Sumardi, didukung oleh PDIP, yang membawa jejak Dinasti Ratu Atut di Banten.

Di sisi lain, ada Andra Soni dan Dimyati Natakusumah, diusung oleh Koalisi Banten Maju yang terdiri dari 11 partai politik, dengan dukungan kuat dari lingkaran kekuasaan nasional, khususnya yang terkait dengan pemerintahan Presiden Jokowi.

Namun, di balik gemuruh politik ini, ada satu hal yang semakin jelas: pertarungan ini bukanlah tentang perubahan atau kemajuan bagi rakyat Banten, melainkan tentang kerakusan akan kekuasaan yang akan memperpanjang penderitaan rakyat di provinsi ini.

Dinasti Politik yang Mempertahankan Cengkeraman

Airin Rachmi Diany, yang sebelumnya merupakan kader Partai Golkar dan mantan Wali Kota Tangerang Selatan, kini bergandengan dengan Ade Sumardi dari PDIP untuk maju dalam Pilkada Banten. Dukungan PDIP kepada Airin muncul setelah perubahan konstelasi internal di Golkar, yang mengakibatkan Airin kehilangan dukungan dari partainya sendiri.

Namun, bagi rakyat Banten, perubahan dukungan ini tidak berarti apa-apa. Airin tetaplah bagian dari Dinasti Ratu Atut yang selama bertahun-tahun menguasai Banten tanpa memberikan perubahan berarti bagi kesejahteraan masyarakat.

Di sisi lain, pasangan Andra Soni dan Dimyati Natakusumah membawa simbol kekuatan pusat, terutama dari pemerintahan Jokowi. Andra, yang merupakan politisi Golkar, dan Dimyati, mantan anggota DPR dari PKS, mendapat dukungan dari berbagai partai yang tergabung dalam Koalisi Banten Maju.

Mereka tampil seolah-olah membawa angin segar bagi Banten, tetapi pada kenyataannya, mereka hanyalah bagian dari strategi besar untuk memperluas pengaruh kekuatan pusat di daerah.

Rakyat Banten dalam Pusaran Konflik Kekuasaan

Dalam pertarungan ini, rakyat Banten hanya menjadi penonton. Mereka yang seharusnya menjadi subjek utama dalam setiap keputusan politik, justru terpinggirkan oleh kepentingan elite yang sibuk mempertahankan kekuasaan mereka.

Alih-alih menawarkan solusi untuk mengatasi kemiskinan dan ketertinggalan yang masih mendera banyak daerah di Banten, para kandidat lebih fokus pada bagaimana memenangkan pertarungan ini dengan segala cara, termasuk melalui aliansi dan kesepakatan politik yang sering kali tidak menguntungkan rakyat.

Banten, dengan segala potensinya, seharusnya bisa berkembang menjadi salah satu provinsi terdepan di Indonesia. Namun, kenyataan yang ada jauh dari harapan tersebut. Provinsi ini masih berkutat dengan berbagai masalah mendasar, mulai dari infrastruktur yang tertinggal, pendidikan yang belum merata, hingga kemiskinan yang masih tinggi.

Sayangnya, masalah-masalah ini seolah-olah tidak mendapat perhatian yang serius dari para calon pemimpin. Mereka lebih sibuk dengan kampanye yang penuh janji-janji kosong dan pertarungan politik yang tidak membawa manfaat nyata bagi rakyat.

Kerakusan Kekuasaan yang Mengancam Masa Depan Banten

Pertarungan antara dua dinasti ini tidak lebih dari pertempuran untuk mempertahankan dan memperluas cengkeraman kekuasaan. Bagi rakyat Banten, pertarungan ini tidak akan membawa perubahan berarti.

Sebaliknya, kondisi yang ada saat ini kemungkinan besar akan tetap sama, atau bahkan memburuk. Ketika para elite politik lebih fokus pada ambisi pribadi mereka, rakyat akan terus terjebak dalam siklus kemiskinan dan ketidakadilan.

Airin dan Ade, serta Andra dan Dimyati, mungkin akan bersaing dengan segala cara untuk memenangkan Pilkada ini, tetapi pada akhirnya, siapa pun yang menang, Banten akan tetap berada di bawah bayang-bayang dinasti politik yang hanya peduli pada bagaimana mempertahankan kekuasaan mereka.

Masa depan Banten, dalam konteks ini, terlihat suram. Rakyat yang seharusnya menjadi prioritas, malah menjadi korban dari ambisi tak terbatas para elite politik.

Kesimpulan: Harapan yang Semu

Pilkada Banten 2024 adalah cerminan dari bagaimana politik dinasti dan kerakusan kekuasaan masih mendominasi banyak daerah di Indonesia. Banten, yang seharusnya bisa menjadi contoh provinsi yang maju dan sejahtera, justru terperangkap dalam pusaran konflik politik yang tidak memberikan solusi nyata bagi rakyatnya.

Pertarungan antara Airin-Ade dan Andra-Dimyati hanyalah salah satu episode dalam drama panjang politik dinasti di Indonesia, yang sayangnya, tidak memberikan harapan bagi rakyat yang mendambakan perubahan.

Dalam situasi seperti ini, rakyat Banten harus waspada dan lebih kritis dalam memilih pemimpin. Mereka perlu memahami bahwa perubahan tidak akan datang dari elite yang hanya peduli pada kekuasaan.

Rakyat harus mulai mencari alternatif lain yang benar-benar bisa membawa perubahan nyata dan menjawab kebutuhan mereka. Jika tidak, Banten akan terus terpuruk dalam kemiskinan dan ketertinggalan, sementara para elite politik terus sibuk memperjuangkan kekuasaan mereka tanpa peduli pada nasib rakyat.

Bagikan: Pilkada Banten 2024: Perang Dinasti dan Kerakusan Kekuasaan