Jika ditanya perihal apa yang sedang ramai jadi buah bibir masyarakat Indonesia saat ini, tentu hampir semua dari kita akan menjawab soal kasus Brigadir J.
Bagaimana tidak, sejak awal mula mencuatnya kasus Brigadir J langsung bikin kita semua geger. Siapa pula yang tidak gempar atau minimal disetubuhi rasa penasaran ketika mengetahui ada seorang anggota Polri yang tewas ditembak di sebuah rumah dinas seorang Inspektur Jendral.
Namun, bagian yang kemudian paling sukses membuat kita semakin kebakaran jenggot adalah, ketika mendapati sebuah kronologi yang digambarkan sebagai insiden baku tembak antaranggota, yakni Brigadir J dan Bharada E seperti yang dilaporkan.
Dalam perkembangannya, terkuak bahwa kronologi peristiwa itu bukanlah apa yang sebenarnya terjadi. Adapun hal semula yang diketahui ada kaitannya dengan pelecehan seksual, ancaman hingga baku tembak kini hal tersebut telah terbantahkan.
Sampai pada perjalanan kasusnya hingga saat ini, terungkap sudah Dader dan Doen Pleger pembunuhan Brigadir J. Yakni mantan Kepala Divisi Propam Polri Irjen Ferdy Sambo beserta istri, Putri Candrawathi.
Sambo diketahui sengaja membuat skenario baku tembak untuk menutup-nutupi motif kejadian yang sebenarnya daripada pembunuhan Brigadir J.
Pasca Kapolri Jenderal Pol Listyo Sigit Prabowo menetapkan Sambo sebagai tersangka dalam dugaan kasus pembunuhan Brigadir J, tidak sedikit politisi yang kemudian mengikuti perkembangannya hingga mengomentari kasus itu.
Semisal, anggota DPR RI Fadli Zon. Fadli menilai kasus pembunuhan Brigadir J seperti sebuah drama yang begitu panjang. Karena menurutnya, kasus Brigadir J pada pertama kali terungkap disebut sebagai kejadian baku tembak antarpolisi. Sekarang kasus tersebut terungkap sebagai pembunuhan berencana.
Diungkapkan oleh Politikus Partai Gerindra itu, dalam sebuah cuitan di akun twitter pribadi, Fadli menyebut kasus meninggalnya Brigadir J yang melibatkan Irjen Ferdy Sambo bak drama India.
Dikatakan olehnya kepada Menkopolhukam, Mahfud MD, drama yang melibatkan anggota Polri ini sudah terlalu panjang.
“Pak @mohmahfudmd, drama ini sudah terlalu panjang, dengan cerita yang berubah-ubah dan mengejutkan. Peran antagonis dan protagonis silih berganti. Kalah film India,” tulis Fadli Zon dalam cuitan nya di akun twitter pribadi @fadlizon, pada Kamis (11/8/2022).
Bukan tanpa maksud ketika Fadli Zon kemudian sampai mengomentari kasus ini menyamakannya dengan film drama India.
Kita semua pasti mengetahui setidaknya satu hal yang menjadi khas dan karakteristik daripada film Bollywood adalah; durasi filmnya yang panjang.
Melanjutkan komentar Fadli Zon terkait kasus Brigadir J yang menyamakannya dengan film India, berikut gambaran persamaannya dengan segala yang terkait pada perkembangan dan perjalanan kasusnya hingga saat ini.
Dilansir dari kompasiana.com, dalam film India setidaknya ada beberapa unsur diantaranya;
Nyanyian
Persamaan yang pertama antara kasus Brigadir J dan film India yakni sama-sama memiliki ‘nyanyian’ di dalamnya.
Berbeda halnya dengan nyanyian yang terdapat di film India, nyanyian dalam kasus Brigadir J adalah nyanyian tak sedap yang merupakan kode rahasia Deolipa Yumara dan Bharada E.
Mantan Kuasa Hukum Bharada E, Deolipa Yumara menyebut ada kode yang ia sepakati dengan kliennya dalam penandatanganan surat.
Kode yang dimaksud yaitu tanda tangan yang dibubuhkan harus disertai tanggal dan waktu pembuatan.
“Nyanyian kode itu setiap lu tanda tangan surat atau apapun itu, lu harus tulis tanggal sama jam di samping atau bagian atas tanda tangan baik surat itu bermaterai atau tidak,” kata Deolipa, dikutip dari CNN, Sabtu (13/8/2022).
Tangisan
Bagi mereka yang mengikuti perkembangan kasus ini sedari awal, pasti masih membekas dalam ingatan bahwa Irjen Ferdy Sambo sempat menangis saat pertama kali kasus pembunuhan Brigadir Yosua Hutabarat atau Brigadir J mencuat.
“Dalam peristiwa itu, yang mendebarkan, saat ada skenario tembak-menembak, itu bukan main,” kata Menkopolhukam Mahfud MD menjelaskan seputar kasus kematian Brigadir J di podcast Youtube Deddy Corbuzier.
Aksi tangisan Ferdy Sambo, disampaikan Mahfud, dilakukannya kepada sejumlah orang yang sengaja ditemuinya.
Mahfud menilai tangisan Ferdy Sambo itu sebagai salah satu bentuk jebakan psikologi yang coba disusun untuk memuluskan skenario. Kalah film India!
Inspektur Vijay (pimpinan kepolisian dengan peran antagonis)
Persamaan kali ini sampai pada persamaan yang agak jenaka. Meskipun demikian, unsur yang satu ini secara kebetulan memiliki kecocokan jika dikaitkan dengan apa yang ada pada kasus Brigadir J. Yakni adanya nama Inspektur Vijay yang melegenda.
Nama inspektur Vijay tentu sudah tidak asing lagi di telinga para pecinta film Bollywood. Nama ini kerap kali dipakai sebagai tokoh dengan karakter yang kadangkala bersifat tidak baik (antagonis) di kepolisian.
Jika dikaitkan dengan kasus Brigadir J, sudah pasti hanya inspektur Sambo yang dirasa pas dalam memainkan perannya sebagai inspektur Vijay dalam drama kasus ini.
Percintaan/asmara
Persamaan kali ini yaitu adanya unsur asmara dan percintaan yang ditemukan seputar kasus Brigadir J.
Dilansir dari JPNN.com, melalui tulisan berjudul “Mendung Udan” di kolom Disway, Dahlan sempat menyinggung tentang skenario pelecehan seksual hingga soal hubungan cinta Brigadir J dengan sang kekasih Vera Simanjuntak.
Disebutkan juga bahwa Brigadir J pernah mengutarakan bahwa jiwanya sedang terancam. Bahkan dia menunjukan indikasi semacam tindakan pamit untuk selamanya kepada Vera Simanjuntak, kekasihnya.
“Hidupnya tidak akan lama. Carilah penggantinya,” dikutip dari Disway.
Jauh sebelum itu, saat awal mula kasus ini mencuat, terdapat juga rumor yang kemudian beredar soal adanya hubungan asmara antara Putri Sambo dengan Brigadir J. India banget, kan?
“Di luar ini, selama ini kan sudah beredar rumor soal adanya hubungan asmara antara Ibu Putri Sambo dengan Yoshua, ini rumor ya,” seperti yang dikatakan Konsultan media dan politik, Hersubeno Arief.