Golput Meroket di Pilkada 2024: Kelelahan Politik dan Kekecewaan Publik Menyeruak

Pilkada serentak 2024 menorehkan catatan miris dengan meningkatnya angka Golput secara signifikan di berbagai daerah. Tingkat partisipasi daftar pemilih tetap (DPT) secara nasional berada di bawah 70%, menunjukkan bahwa banyak masyarakat yang memilih untuk tidak menggunakan hak suaranya.

Beberapa daerah bahkan mengalami lonjakan drastis angka Golput. Jakarta mencatatkan angka Golput 46,91%, meningkat tajam dari Pilgub sebelumnya (20,5%). Banten juga menorehkan peningkatan Golput menjadi 37,78%, naik 1% dari Pilkada sebelumnya. Di Jawa Barat, Golput mencapai 36,98%, meningkat dari 29,7%.

Di Jawa Tengah, angka Golput justru menurun menjadi 29,48% dari 32,36% pada Pilkada sebelumnya. Sementara di Jawa Timur, Golput mencapai 34,68%, naik dari 33,08%. Sumatera Utara mencatatkan angka Golput 46,41%, meningkat dari 38,22%. Sulawesi Selatan juga mengalami peningkatan Golput menjadi 31,14% dari 29,84%. Rata-rata angka Golput di tujuh daerah tersebut naik 6,23%.

Meningkatnya angka Golput ini menjadi sorotan serius. Beberapa faktor menjadi penyebabnya, antara lain:

1. Kelelahan Politik
Pilkada 2024 yang berdekatan dengan Pilpres yang telah diadakan pada Februari 2024 lalu, menyebabkan masyarakat masih “kelelahan” dan merasa jenuh dengan proses politik. “Ketegangan nasional yang terjadi pada pemilu dan pilpres kemarin membuat masyarakat letih lantaran situasi sosial belum stabil,” ujar Ucu Martanto, dosen ilmu politik Universitas Airlangga.

2. Durasi Kampanye Singkat
Durasi kampanye yang diberikan kepada para pasangan calon terbilang singkat, sehingga kurangnya pengenalan calon kepala daerah kepada masyarakat. Hal ini membuat masyarakat merasa tidak memiliki cukup informasi untuk memilih calon yang tepat.

3. Ketidakpuasan Masyarakat
Ketidakpuasan masyarakat terhadap pasangan calon yang diusung oleh partai politik menjadi faktor utama. Masyarakat merasa kurang puas dengan visi dan misi calon, atau bahkan merasa kecewa dengan rekam jejak calon yang diusung.

“Memang kalau kita lihat sekilas, dari gambaran secara umum, kurang lebih di bawah 70 persen partisipasi pemilih secara nasional rata-rata,” ujar August Mellaz, anggota KPU.

Meningkatnya angka Golput di Pilkada 2024 menjadi alarm bagi semua pihak. Fenomena ini menunjukkan bahwa masyarakat merasa kurang terwakili dan kurang percaya dengan sistem politik yang ada. Peningkatan partisipasi pemilih membutuhkan upaya bersama dari berbagai pihak, termasuk pemerintah, partai politik, media massa, dan masyarakat sendiri. Edukasi politik yang intensif, transparansi dalam proses Pilkada, serta kampanye yang berintegritas menjadi kunci untuk meningkatkan partisipasi pemilih dan memperkuat demokrasi di Indonesia.**

 

 

Penulis : Yasmine Agustia Putri

Bagikan: Golput Meroket di Pilkada 2024: Kelelahan Politik dan Kekecewaan Publik Menyeruak