Satuimpresi.com – Teknologi terbaru berupa kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI) telah mampu memenuhi sebagian besar kebutuhan hidup manusia. Namun para ilmuwan di bidang tersebut masih belum merasa puas. Karenanya, mereka berencana untuk menciptakan superkomputer terbaru yang menggunakan sel otak manusia sungguhan sebagai penyokong kecerdasannya.
Tertulis dalam sebuah makalah yang terbit di jurnal Frontiers, teknologi ini dikenal dengan sebutan Organoid Intelligence (OI). Gagasan baru ini berupa sistem kecerdasan buatan yang dilengkapi jaringan otak di dalamnya.
OI diharapkan mampu lebih mendekati kinerja otak manusia dibandingkan teknologi yang telah ada sebelumnya. Dengan menggunakan sebuah organoid sebagai perangkat keras utamanya, OI dinilai bisa menjalankan program biocomputer dengan super efisien.
Organoid sendiri merupakan otak mini yang terbuat dari sel punca manusia yang telah dikembangan di laboratorium. Mirip seperti lapisan otak terluar manusia, organoid akan berperan penting dalam pembelajaran kecerdasan dan memori.
“Visi (kecerdasan organoid) adalah menggunakan kekuatan sistem biologis untuk memajukan bidang ilmu kehidupan, bioteknologi, dan ilmu komputer,” ungkap Lena Smirnova, salah satu peneliti dari John Hopkins University (JHU) kepada VICE, dikutip dari DailyStar pada Jumat (3/3).
Para peneliti juga mengungkapkan bahwa saat ini mereka telah mencapai batas fisik komputer silikon. Mereka mengalami kesulitan untuk mengemas lebih banyak perangkat keras dalam sebuah chip kecil. Oleh karena itu, sel otak manusia dianggap sebagai solusinya.
“Beda halnya dengan otak kita, yang memiliki 100 (miliar) neuron yang terhubung melalui lebih dari 1015 titik koneksi. Ini perbandingan kekuatan yang sangat besar jika dihadapkan dengan teknologi kita saat ini,” ujar Thomas Hartung rekan peneliti dari JHU, dalam siaran pers.
Para peneliti sadar bahwa mereka akan menghadapi tantangan etis dalam penerapan sistem kecerdasan organoid ini. Namun mereka mengklaim telah bermitra dengan ahli etika sejak awal untuk membangun pendekatan etika tertanam. Pendekatan ini menekankan pada semua masalah terkait etika akan terus dinilai oleh tim yang terdiri dari ilmuwan, ahli etika, dan sektor publik seiring berjalannya penelitian ini.
Tentunya perlu waktu panjang untuk para ilmuwan memastikan OI dapat digunakan secara bertanggung jawab dan efektif. Namun, mereka sangat optimis terhadap prospek jangka panjang teknologi tersebut.
“Organoid yang dibutuhkan sudah tersedia, langkah yang perlu kami lakukan selanjutnya yaitu mengkarakterisasi dan mengoptimalkan sistem dengan mendemonstrasikan aspek kunci pembelajaran molekuler dan seluler khususnya (untuk) mengembangkan model pembelajaran jangka panjang.” Tulis Smirnova dalam makalahnya.