Satuimpresi.com, Kairo – Meningkatnya kasus kekerasan terhadap perempuan yang terjadi di Mesir menjadi sorotan dunia. Hal ini terkait pada kesenjangan akan perlindungan hukum dan sosial yang ada di Mesir, yang membuat warga perempuan rentan terhadap serangan dan pelecehan yang terjadi di negaranya.
Kasus viral terbaru adalah pembunuhan yang terjadi pada akhir Juni lalu, Seorang mahasiswi bernama Nayyera Ashraf. Wanita berusia 19 tahun tersebut ditikam 19 kali di luar gerbang kampusnya di Monsoura, Utara Kairo.
Pelakunya merupakan seorang pria bernama Mohamed Adel. Fakta dilapangan mengatakan bahwa Adel telah melecehkan korban selama setahun hal ini dipicu penolakan korban terhadap lamaran pernikahan yang diajukan oleh Adel.
Para aktivis kemanusiaan di Mesir mengungkapkan bahwa sangat sulit untuk mengukur tingkat kekerasan berbasis gender di negaranya. Hal ini diperkuat dengan apa yang terjadi di lapangan, dimana para korban wanita sering dicegah untuk tampil menyuarakan apa yang terjadi pada dirinya.
Hal senada juga diungkapkan oleh data yang dirilis Yayasan Pembangunan dan Kesetaraan Edraak (EFDE) Mesir, sebuah organisasi yang bergerakan dalam bidang kemanusiaan. EFDE mencatat 813 kasus kekerasasn terhadap perempuan dan anak terjadi selama 2021, meningkat dari tahun sebelumnya yang tercatat 415 kasus.